User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 

Wakidi ra menceritakan : aku mempunyai dua orang sahabat, seorang dari Bani Hasyim dan seorang laki bukan dari Bani Hasyim dan kami sangat akrab satu sama lain bagaikan tiga serangkai yang tidak terpisahkan.

            Aku dalam keadaan susah ketika Idul Fitri hampir tiba. Istriku berkata, “Kita dapat sabar dalam setiap keadaan, tapi aku tidak tahan melihat anak-anak menangis. Hatiku hancur apabila menyaksikan mereka berpakaian lusuh sementara anak-anak yang lain berpakaian baru dan bagus pada hari raya ini. Apabila engkau dapat memberikan aku sejumlah uang, aku akan menjahitkan pakaian baru buat mereka”.

            Mendengar keluhan ini maka aku menulis surat kepada kawanku dari Bani Hasyim dan menceritakan keadaanku ini. Kemudian ia mengirimkan kepadaku sebuah tas tertutup berisi seribu dirham dengan pesan bahwa aku boleh menggunakan uang ini sesukaku.

            Hampir saja aku menikmati hadiah yang demikian berharga itu, aku menerima surat dari sahabatku yang lain yang mencerikan kepadaku mengenai kemiskinan dan kebutuhannya yang sangat mendesak. Maka aku mengirimkan uang yang masih tertutup itu kepada sahabatku. Merasa malu pulang dengan tangan kosong, aku tinggal di masjid selama dua hari. Pada hari ketiga aku pulang kerumah dan menceritakan kepada istriku kisah tas tertutup itu. Luar biasa, ia tidak mengeluh sedikitpun bahkan menghargai kedermawananku itu dan berkata bahwa aku telah berbuat baik kepada sahabatku.

            Ketika duduk sedang bercakap-cakap, sahabat Bani Hasyimku datang dengan tas yang sama yang pernah dikirimkannya kepadaku tiga hari yang lalu dan berkata , “Ceritakan kepadaku perihal tas ini. Bagaimana tas ini bisa kembali kepadaku?”

            Maka aku menjelaskan bahwa aku telah mengirimkannya kepada sahabat yang satunya segera setelah menerima. ia mengatakan, ketika aku menerima suratmu, aku tidak memiliki apa apa kecuali tas ini, yang aku kirimkan kepadamu. Tetapi kemudian aku menulis surat kepada sahabat kita untuk meminta pertolongan. Aku terkejut ketika ia mengirimkan kepadaku tasku yang masih tertutup yang telah aku berikan kepadamu. Karena ingin tahu mengapa ini terjadi, maka aku datang mengunjungimu”

            Setelah itu kami berikan seratus dirham kepada istriku dan membagikan sisanya sebanyak sembilan ratus dirham sama rata kepada kami bertiga.

            Entah bagaimana Khalifah Maimun Rasyid mengetahui peristiwa ini dan memanggil kami ke istananya. Maka aku menceritakan hal ini dan ia memberi kami hadiah tujuh ribu  dirham. Seribu dirham untuk istriku dan masing masing dua ribu dirham untuk kami. (it-haf)